Ketegangan AS-China Soal AI: Kekhawatiran dan Pembatasan

justinpotts.com – Pejabat Amerika Serikat (AS) mengungkapkan kekhawatiran terhadap kemungkinan penyalahgunaan kecerdasan buatan (AI) oleh China. Sementara itu, perwakilan Beijing menegur Washington atas pembatasan dan tekanan yang diberikan terhadap teknologi AI. Hal ini disampaikan setelah pertemuan yang membahas teknologi AI di Jenewa, Swiss.

Pertemuan tertutup antara utusan tingkat tinggi AS dan China membahas risiko-risiko AI dan cara mengelolanya. Pembicaraan ini menunjukkan ketegangan antara Beijing dan Washington mengenai kemajuan teknologi, yang telah lama menjadi titik konflik dalam hubungan bilateral kedua negara.

Juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS, Adrienne Watson, mengungkapkan bahwa China dan AS bertukar perspektif mengenai keselamatan dan manajemen risiko AI. Beijing menyatakan bahwa kedua pihak melakukan diskusi yang mendalam, profesional, dan konstruktif.

Pembicaraan pertama AS-China mengenai AI adalah hasil dari pertemuan pada November lalu antara Presiden Joe Biden dan Xi Jinping di San Francisco.

Watson menyatakan bahwa AS menekankan pentingnya memastikan sistem AI aman, terlindungi, dan dapat dipercaya untuk mewujudkan manfaat AI, serta membangun konsensus global di atas dasar hal tersebut.

Selain itu, Watson menambahkan bahwa AS juga menyampaikan kekhawatiran atas penyalahgunaan AI, termasuk oleh China, namun tidak menjelaskan lebih lanjut jenis penyalahgunaan atau pelaku lain yang dimaksud.

Sementara itu, Beijing menyatakan sikap tegas terhadap pembatasan dan tekanan AS di bidang kecerdasan buatan terhadap negaranya, seperti dikutip dari pernyataan Departemen Urusan Amerika Utara dan Oseania Kementerian Luar Negeri China.

Helen Toner, analis di Pusat Keamanan dan Teknologi Berkembang di Georgetown, menyatakan bahwa keberhasilan perundingan terletak pada kemampuan hasil pertemuan untuk berlanjut di masa depan.

Kecerdasan buatan telah memberikan dampak besar pada gaya hidup, pekerjaan, pertahanan nasional, budaya, politik, dan banyak lagi.

Beberapa anggota parlemen AS telah menyuarakan kekhawatiran bahwa China dapat mendukung penggunaan deepfake yang dihasilkan oleh AI untuk menyebarkan disinformasi politik, meskipun China tidak memiliki aturan yang sama seperti AS yang melarang pemalsuan AI yang manipulatif.